Jumat, 19 Desember 2008

Evakuasi Korban Bencana

KEDIRI- SINDO

Ratusan warga Desa Sempu, Kec. Ngancar, Kab Kediri, mengungsi di Balai Desa Sempu, setelah sebelumya dijemput dari sejumlah titik evakuasi di kawasan dekat Gunung Kelud. Mereka berkumpul di balai desa sejak pukul 19.00 WIB. Selain di Ngancar, evakuasi juga dilakukan di Kec Kepung, Plosoklaten, dan Wates.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung meningkatkan status Gunung Kelud dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV) sejak pukul 17.25 WIB, kemarin.

Dengan status ini, Gunung Kelud diperkirakan segera meletus. Ribuan warga yang berada di sekitarnya langsung dievakuasi massal tadi malam. Status Gunung Kelud dinaikkan setelah mengalami peningkatan aktivitas luar biasa, didasarkan pada tiga parameter,yakni suhu,jumlah gempa,dan pengamatan visual.

Ketua Tim Tanggap Darurat Aktivitas Gunung Kelud Kristianto mengatakan, sejak pukul 00.00 – 12.00 WIB kemarin, tercatat sedikitnya 306 kali gempa vulkanik dangkal. Selain itu, terjadi peningkatan suhu air kawah di kedalaman 15 meter dari 37,6 derajat Celsius pada pukul 06.00 WIB menjadi 37,8 derajat Celsius pada pukul 12.00 WIB. Gejala lain yang menjadi kekhawatiran petugas adalah keluarnya asap putih yang diduga berasal dari kawah Kelud.

”Dari ketiga parameter itu kami langsung menaikkan status Gunung Kelud menjadi awas. Ini berarti semua prosedur status ini harus segera dilakukan, termasuk evakuasi warga,” ujar Kristianto dalam pemantauan aktivitas Gunung Kelud di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) di Desa Sugihwaras, Kec Ngancar,Kab Kediri. Dia memperkirakan tidak lama lagi gunung berketinggian 1.731 meter dari permukaan laut di perbatasan Kediri-Blitar- Malang, Jawa Timur, itu meletus.

”Kami tidak bisa memastikan kapan, tapi tanda-tanda akan meletus semakin jelas,” kata Kristianto. Sebagai langkah segera setelah penetapan status awas, ribuan warga yang bermukim di lereng Gunung Kelud langsung mengungsi sejak pukul 18.30 WIB. Sedikitnya 40.000 warga di empat kecamatan yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) I,tampak meninggalkan rumah menuju tempat evakuasi.

Selain gedung sekolah, ratarata warga yang berasal dari Kec Ngancar, Plosoklaten, Kepung, dan Puncu (Kab Kediri) memilih mengungsi ke kantor desa yang jauh dari kawasan Kelud. Sebelum ke tempat pengungsian, warga yang tinggal di KRB I diminta untuk menutup tempat-tempat penampungan air dan sumber air lain agar tidak sampai terkena hujan abu dan lontaran material vulkanik lain.

Kepala Pengendalian Operasional Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Kab Kediri Deddy Sadria menyatakan semua tempat pengungsian sudah disiapkan secara matang. ”Selain itu, kami telah menyediakan obatobatan pertolongan pertama dan ribuan masker yang akan kami bagikan,” kata Deddy. Ada 12 desa di Kab Kediri yang masuk dalam KRB I bencana letusan Gunung Kelud, yakni Sugihwaras, Sempu, Babadan, Ngancar, Manggis, Margourip (Kec Ngancar), Kepung, Kampung Baru, Kebon Rojo (Kec Kepung),Wonorejo, Asmorobangun (Kec Puncu), dan Sepawon (Kec Plosoklaten).

”Secara keseluruhan kami telah menyediakan sedikitnya 100 unit truk yang kami persiapkan untuk mengangkut para pengungsi,” kata Deddy Sadria. Sebelumnya ratusan personel dari empat kecamatan tersebut telah melakukan simulasi evakuasi korban Gunung Kelud pada Senin (15/10) malam sekitar pukul 19.30 WIB. Sementara menurut Kepala Humas Pemkab Blitar Sukamtono, Satlak PB Blitar telah menyiapkan 20 truk untuk evakuasi warga di KRB I.

Warga Panik

Suasana evakuasi sempat berlangsung tegang karena suara sirene tanda bahaya yang dibunyikan petugas pemantau Gunung Kelud terus meraung.Suara sirene tersebut bahkan terdengar hingga jarak 4 kilometer. ”Seperti tahuntahun sebelumnya,warga harus segera pergi saat sirene berbunyi,” ujar Ny Susiadi, istri Kepala Desa Sugihwaras, Kec Ngancang, yang tadi malam tampak membantu suaminya memimpin evakuasi warga.

Setelah berkumpul di titik-titik yang telah ditentukan, sedikitnya 16 truk TNI dan Polri langsung bergerak menyisir kawasan itu. Satu per satu warga segera dinaikkan ke atas truk untuk dilarikan ke tempat evakuasi yang lebih aman. Puluhan warga yang memiliki kendaraan besar ikut diminta membantu evakuasi karena minimnya angkutan yang dimiliki Satlak PB.

Kepanikan yang sama terjadi di Kec Plosoklaten,Kepung,dan Puncu. Warga yang khawatir dengan letusan Gunung Kelud segera mengemasi barang-barang mereka tanpa menunggu komando satlak setempat. Mereka panik karena kawasan tersebut sudah sering menjadi sasaran aliran lahar setiap kali gunung meletus. Di tengah proses evakuasi, ungkapan kekecewaan sempat disuarakan warga di Desa Siman, Kec Kepung.

Di lokasi yang hanya berjarak 10 kilometer dari Gunung Kelud itu ratusan warga tampak telantar di lapangan desa setempat. Setelah diminta meninggalkan rumah masing-masing oleh satlak desa, mereka segera berkumpul di lapangan Desa Siman.Namun,setelah tiba di lapangan, 300 orang harus rela berdiri di atas rumput yang dingin karena tidak tersedianya tenda pengungsi.

Sejumlah anak kecil tampak menangis karena takut dan kedinginan. ”Kami sudah diminta ke lapangan pukul 19.00 WIB (tadi malam), tapi kenyataannya tidak ada tenda di sini. Kasihan anak-anak yang kedinginan,”ujar Witanto,salah seorang warga. Sementara sebanyak empat buah tenda peleton yang didirikan di lapangan Desa Sepawon, Kec Plosoklaten, untuk menampung calon pengungsi dari wilayah Ngancar hingga kemarin malam belum tampak berfungsi.

Diperkirakan 1.000 pengungsi akan menempati lokasi yang berjarak 18 kilometer dari Gunung Kelud tersebut jika terjadi letusan. Komandan Kodim 0809 Kediri yang juga penanggung jawab evakuasi pengungsi, Letkol Inf Endi Servandy mengaku masih melaku- kan koordinasi dengan jajarannya untuk mengatur pengungsi.

”Kami akan berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan warga,” ujarnya singkat. Selain tenda, manajemen Perkebunan Rangkah Pawon milik PTPN XII juga telah mendirikan sarana sanitasi berupa WC dan kamar mandi. Bertempat di lahan perkebunan yang kosong, petugas perkebunan dan warga mendirikan 4 buah WC dan 4 kamar mandi.

”Bangunan WC dan kamar mandi ini murni inisiatif pihak perkebunan untuk membantu para pengungsi. Mudah-mudahan bisa berguna meski sangat darurat,” ujar Takat, salah seorang pekerja perkebunan yang ikut mendirikan sanitasi tersebut. Di Jakarta, Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Depsos Chazali H Situmorang menyatakan langsung berkoordinasi dengan dinas sosial setempat untuk membuat dapur umum dan menggelontorkan bantuan kebutuhan pokok dan lauk-pauk.

Depsos mendirikan sedikitnya tiga dapur umum di lokasi pengungsian seperti skenario awal pemerintah. ”Kita langsung kontak seluruh instansi terkait. Bantuan juga sudah diturunkan,” kata Chazali saat dihubungi SINDO tadi malam. Dia menambahkan, Depsos terus melakukan kontak dengan bupati dan dinas sosial setempat. Bantuan yang sudah tersedia di dinas sosial terdekat langsung disalurkan ke lokasi pengungsian.

”Kita tidak bisa menunda-nunda. Kita langsung koordinasi dan menyalurkan bantuan,”tandasnya. Sejak 27 Agustus 2007, aktivitas Gunung Kelud terpantau meningkat. Pada 11 September 2007, PVMBG Bandung menetapkan statusnya dari aktif normal (level I) menjadi waspada (level II) setelah suhu permukaan danau kawah mencapai 33 derajat Celsius.

Lalu, sejak 29 September dinaikkan lagi menjadi siaga (level III) setelah aktivitas kegempaannya meningkat disertai dengan meningkatnya temperatur permukaan danau kawah yang mampu menghasilkan kadar karbondioksida (CO2) hingga mencapai 344 ton per hari.

Kemarin, aktivitas Gunung Kelud terus mengalami peningkatan yang berarti sehingga secara resmi statusnya dinaikkan ke level tertinggi, awas. Selama abad ke-20,Gunung Kelud tercatat lima kali meletus,terakhir kali terjadi pada 10 Februari 1990, menewaskan 34 orang.

SUMBER: http://isengiseng.wordpress.com/2007/10/24/gunung-kelud-siap-meletus/

Pendapat : Melakukan evakuasi warga korban bencana alam harus disertai dengan fasilitas penampungan yang memadai. Supaya tidak timbul penyakit-penyakit akibat kondisi tempat penampungan yang tidak nyaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar